Monday, July 12, 2010

Valentine's Day (BUKAN BUDAYA ISLAM)

Valentine’s Day –dan selanjutnya akan disebut VD- adalah sebuah fenomena sosial di dunia hingga saat ini. Fenomena ini pada awalnya tidak menjadi suatu masalah, karena berkembang pada masyarakat Barat. Namun, masalah mulai muncul ketika VD di globalisasikan dan akhirnya bersentuhan dengan masyarakat lain di dunia, khususnya masyarakat Islam. Permasalahan ini menimbulkan pro dan kontra yang cukup serius, sehingga sedikit banyak menimbulkan keretakan ukhuwah di dalam masyarakat Islam. Namun, patut disayangkan karena VD tidak dilihat secara lebih dalam dan kritis baik oleh pihak yang pro atau pun kontra. Kini mari kita lihat lebih lanjut.
Dalam sejarah, VD memang adalah sebuah peringatan yang dibuat berkaitan dengan diri seorang pastur yang secara terang-terangan menolak pernikahan bagi para martir, namun secara diam-diam tetap menikahkan martir. Kemudian, akibat perbuatannya ini, Valentine yang dikatakan pendukung kasih sayang, dihukum mati. Lebih jauh ke masa lalu, VD sebenarnya juga merupakan sebuah bentuk adaptasi dari peringatan untuk penyembahan terhadap dewi LUPERCALIA. Sebuah upacara para penyembah berhala di masa romawi. Dalam persembahan tersebut diselenggarakan acara muda-mudi semalam suntuk yang sebelumnya dilakukan pengundian tentang pasangan masing-masing dan dapat menghabiskan waktu bersama pasangan itu semalam suntuk. Kini kita beralih kepada masalah kasih sayang. Di dunia, VD diidentikkan sebagai kasih sayang, baik kepada orang tua, pacar, dan segala sesuatu. VD dan kasih sayang menjadi sesuatu yang dapat dipertukarkan. Namun, ada yang kurang beres dengan hal ini. Apakah VD itu sungguh-sungguh identik dengan kasih sayang atau tidak? mari kita telusuri. VD adalah sebuah peringatan tentang seseorang yang terkait dengan sebuah peristiwa. Seseorang itu bernama Valentine dengan peristiwa, yaitu persetujuan terhadap perzinaan. Hal ini dapat diperjelas dengan sebuah contoh, misalnya suatu hari Amir melakukan sebuah tindakan yang terpuji atau pun tercela, lalu 10 tahun kemudian kita memperingati Amir’s Day, maka, apa yang kita rayakan? Jawabannya adalah bahwa yang kita rayakan adalah seluruh aspek peristiwa atau tindakan Amir pada saat itu, dan bukan hanya salah satu sisinya saja. Maka kemudian, jika saya merayakan VD maka yang saya rayakan itu apakah hanya tentang kasih sayang saja atau juga seluruh konteks VD di masa lalu? anda pasti tahu jawabannya, jika kita merayakan tentang VD tentu itu berarti memperingati seluruh konteks VD. Dan jika pada awalnya kita hanya bermaksud untuk merayakan kasih sayang di VD, saya pikir itu merupakan pandangan yang naif dan tidak mungkin. Oleh karena tetap saja kita merayakan keseluruhan VD. Akan tetapi, jika kita tidak merayakan VD, tetapi merayakan kasih sayang saja, menurut penulis itu juga bermasalah. Oleh karena, orang yang memperingati kasih sayang pada tanggal 14 Februari, akan terjerumus ke dalam fitnah, mengapa mengapa harus merayakan kasih sayang pada tanggal tersebut? Memperingati sesuatu pada dasarnya boleh sejauh itu tidak bertentangan dengan ad-Diin yang kita peluk.
Perlu ditegaskan bahwa VD memiliki dimensi bentuk dan nilai. Ketika kita menggunakan istilah VD, maka sebenarnya kita tidak pernah dapat memisahkan kedua sisi tersebut. Ketika kita mewujudkan kasih sayang dalam bentuk merayakan VD, itulah yang menjadi masalah. Jadi ketika Islam tidak menghendaki umatnya merayakan VD, bukan berarti Islam tidak setuju dengan kasih sayang. Padahal tentu saja kita setuju bahwa kasih sayang tidak “terperangkap” hanya di VD. Kalaupun muncul pernyataan : “ya sudah kita rayakan VD dengan budaya Indonesia atau ketimuran aja !”. Teman-teman, itu sudah jelas menunjukkan tetap memperingati VD sebagai sebuah tradisi yang dalam Islam jelas terlarang, dan apabila kita sudah tahu yang demikian itu, tentu kita tahu pula konsekuensinya di hadapan Alloh Swt.
Islam pada dasarnya adalah agama kasih sayang, terbukti dari hal yang dianggap sepele dan dangkal sekali pun, yaitu salam. Salam yang diucapkan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya jelas sebenarnya sebuah budaya kasih sayang. Jadi, mengapa kini kita berpaling kepada ritual budaya lain yang mengandung unsur syirik, daripada ajaran yang telah kita anut ? (renungkan dong!)
Jadi, kini mulailah tebarkan salam dan jadilah rahmat semesta alam (rahmatallil’alamiin). Wassalaamu’alaikum warahmatullahiwabarakaatuh.

No comments:

Post a Comment