Monday, September 13, 2010

Sikap Berprasangka Buruk dan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

Sikap berprasangka buruk dan mencari-cari kesalahan orang lain



Firman Allah: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُو ا }

“Hai orang-orang yang beriman jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”.

Dalam ayat yang mulia ini perintah untuk menjauhi kebanyakan dari berprasangka, kerana sebahagiannya adalah dosa, dan larangan dari mencari-cari kesalahan orang lain, iaitu mencungkil-cungkil tentang keburukan orang lain, hal itu terjadi adalah akibat dari berburuk sangka.

Rasulullah S.a.w bersabda:

((إِيَّاكُمْ وَالظَنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوْا وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً)).

“Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, kerana sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang keburukan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563).

Berkata Amirul Mukminiin Umar bin Khatab: “Janganlah kamu menyangka terhadap sebuah perkataan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman kecuali terhadap hal yang baik, sa’at engkau dapat untuk membawanya ke arah yang baik”. (disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam mentafsirkan surat Al Hujurat).

Berkata Bakar bin Abdullah Al Muzany, sebagaimana yang terdapat dalam biografinya dalam kitab “Attahzibut Tahziib”: Hati-hatilah kamu terhadap perkataan sekali pun kamu benar dalamnya kamu tidak diberi pahala, dan jika kamu tersalah kamu memikul dosa, iaitu berburuk sangka terhadap saudaramu”.

Berkata Abu Qilabah Abdullah bin Zaid Al Jurmy sebagaimana dalam kitab “Al Hilyah” karangan Abu Nu’aim (2/285): “Bila sampai kepadamu sesuatu yang kamu benci dari saudaramu, maka berusahalah untuk mencarikan alasan untuknya, jika kamu tidak menemukan alasan untuknya, maka katakanlah dalam hatimu: mungkin saja saudaraku punya alasan yang aku tidak mengetahuinya”.

Berkata Sufyan bin Husain: “Aku menyebut keburukan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyah, maka ia menatap muka ku, dan berkata: apakah engkau ikut berperang melawan Romawi?, aku jawab: tidak, ia bertanya lagi melawan Sanad, India, dan Turki, aku jawab: tidak, ia berkata lagi: apakah merasa aman darimu Romawi, Sanad, India dan Turki, namun saudaramu sesama muslim tidak merasa aman darimu, berkata Sufyan bin Husain: aku tidak mengulanginya lagi sesudah itu”. (lihat Al Bidayah wan Nihayah karangan Ibnu Katsir (13/121).

Alangkah bagusnya jawaban dari Iyas bin Mu’awiyah tersebut yang sangat terkenal dengan kecerdasannya, jawapan di atas adalah salah satu bukti dari kecerdasannya.

Berkata Abu Hatim bin Hibban Al Busty dalam kitabnya Raudhatul ‘Uqola’, halaman (131) : “Keharusan bagi orang yang punya akal untuk tetap berada dalam keadaan selamat dari mencari-cari tentang keburukan (‘aib) orang lain, hendaklah ia sibuk memperbaiki keburukan dirinya, sesungguhnya orang yang sibuk dengan keburukannya sendiri dari pada mencari keburukan orang lain, badannya akan tenteram dan jiwanya akan tenang, maka setiap ia melihat keburukan dirinya, maka akan semakin hina di hadapannya apabila ia melihat keburukan tersebut pada saudaranya, sesungguhnya orang yang sibuk dengan keburukan orang lain dari memperhatikan keburukan dirinya, hatinya akan buta, badannya akan letih, dan akan sulit baginya untuk meninggalkan keburukan dirinya sendiri”.

Ia (Ibnu Hibban berkata lagi) masih dalam kitab tersebut, halaman (133): “Mencari-cari keburukan orang lain adalah salah satu cabang dari sifat kemunafikan, sebagaimana berbaik sangka adalah salah satu dari cabang keimanan, orang berakal sihat selalu berbaik sangka dengan saudaranya, dan menyendiri dengan kesusahan dan kesedihannya, orang yang jahil (tolol) selalu berburuk sangka dengan saudaranya, dan tidak mahu berfikir tentang kesalahan dan penderitaannya”.

No comments:

Post a Comment