Nama lengkapnya Sa’ad bin Mu’adh bin Nu’man bin Imri al-Qis al-Aus al-Anshori. Belia adalah kepala suku Aus. Pada waktu perang Badr, beliau lah pembawa bendera perang itu. Beliau adalah orang tertinggi dan besar badannya.
Cerita mengenai keislamanya, beliau masuk Islam di Madinah atas bimbingan Mush’ab bin ‘Umair ketika diutus Rasul ke Madinah.
Pada waktu perang Badr, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat. Sa’ad ikut berbicara atas nama kaum al-Anshor. Dalam musyawarah itu beliau berkata; “Wahai Rasul, Kami telah beriman kepadamu dan membenarkan ajarannya. Kami bersaksi bahwa risalah yang kamu bawa adalah benar. Sebagai bukti, kami berikan janji dan sumpah setia kepadamu. Oleh karena itu, silahkan Rasul berikan perintah kepada kami. Kami akan selalu bersamamu. Demi Dzat yang mengutus dirimu dengan kebenaran, sekiranya lautan merintangi perjuangan kita karena gelombang besar yang menguncang kita, niscaya kami tetap menyebrang bersamamu. Tidak ada seorangpun yang tertinggal. Kami tidak merasa takut untuk bertemu musuh besok. Kami menghadapi dengan penuh kesabaran perang itu dan merasa yakin perjumpaan musuh. Semoga saja Allah memperlihatkan kamu dari kami apa yang menyenangkan hatimu, dan kamipun merasa senang atas barokah Allah.”
Rasulullah pernah mengutus beliau bersama Sa’ad bin ‘Ubadah pada waktu terjadi perang Ahzab. Mereka diutus untuk menemui Ka’ab bin Asad, kepala suku Yahudi dari Bani Quraidho untuk menjelaskan sikap mereka terhadap perjanjian yang telah disepakati dulu. Ternyata orang-orang Yahudi mengingkari perjanjian itu.
Beliau bersama Sa’ad bin ‘Ubadah diutus Rasulullah untuk bermusyarawah mengenai pemberian sepertiga hasil pertanian kota Madinah kepada Ghotfan. Tujuanya agar mereka tidak usah ikut orang Quraiys dalam perang Ahzab. Keduanya berkata; “Sekiranya kamu perintahkan suatu perkara maka kerjakanlah. Dan kalau bukan……
Terluka parah pada waktu perang Handak akibat terkena panah di lengganya hingga berdarah. Kemudian diobati. Pada waktu sedang sakit beliau berdoa agar mati syahid. “Ya Allah, janganlah Engkau matikan aku hingga mataku merasa senang daripada Bani Quraidhoh.” Do’anya dikabulkan. Mereka meminta Rasulullah, setelah menyerah kalah karena dikepung, agar Sa’ad menjadi hakim bagi mereka. Kemudian beliau memutuskan untuk membunuh laki-laki, menawan wanitanya, dan mengambil harta bendanya. Usulannya itu sangat bersesuaian dengan hukum Allah seperti yang diberitakan Rasulullah.
Beliau wafat akibat pengaruh luka yang dideritanya pada tahun lima hijriah, berumur tujuh puluh tiga tahun. Para malaikat ikut melayat kematiannya. Singgasana Allah ikut bergetar atas kematiannya. Dikuburkan di kuburan Baqiq. Ketika orang-orang bicara mengenai jenazahnya, mereka berkata; “Alangkah ringannya jenazahnya.” Rasulullah bersabda; “Para malaikat ikut mengangkat jenazahnya.” Di hadits lain Rasulullah bersabda; “tujuh puluh malaikat turun mengantar jenazah Sa’ad bin Mu’adh yang sebelumnya belum turun ke bumi.” Suatu hari Rasulullah diberi kain sutra halus dan bagus. Orang-orang merasa heran dan terkesima dengan kain itu. Rasulullah bersabda; “niscaya kain Sa’ad di surga jauh lebihh bagus dari kain sutra ini.” Dalam hadits lain Rasulullah bersabda; “Singgasana Allah ikut berguncang pada hari kematian Sa’ad.”
No comments:
Post a Comment